Kamis, 20 September 2018

Apa Itu Fenomena Equinox?

earthsky.org

Equinox adalah saat dimana jalur khatulistiwa Bumi melewati tengah-tengah Matahari, atau dengan kata lain fenomena astronomi yang terjadi ketika Matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa. Equinox terjadi dua kali dalam setahun, sekitar tanggal 20 Maret dan 22 - 23 September.
Equinox terjadi karena Bumi mengelilingi Matahari dengan gerakan miring sekitar 23,5 derajat. Hal ini menyebabkan sinar Matahari tidak selalu tepat mengenai bagian tengah atau khatulistiwa Bumi. Selama setengah tahun, Matahari berada di belahan utara  Bumi. Dan selama setengah tahun lainnya, Matahari berada di belahan selatan Bumi. Proses perpindahan dari belahan utara Bumi ke belahan selatan Bumi ataupun sebaliknya, Matahari harus melewati garis khatulistiwa. Peristiwa inilah yang menyebabkan terjadinya equinox.
Equinox menyebakan suhu udara naik. Menurut BMKG, kenaikan suhu udara itu masih normal, sekitar 32 - 36 derajat. Tidak perlu khawatir, equinox tidak menyebabkan gelombang panas yang ekstrem.
Pada saat hari terjadinya equinox, siang hari dan malam hari memiliki durasi yang relatif sama. Equinox sendiri berasal dari dua kata bahasa Latin, yaitu aequus (sama) dan nox (malam).
Untuk belahan Bumi utara, equinox yang terjadi di bulan Maret adalah awal dari musim semi dan pada bulan September adalah awal musim gugur. Sedangkan untuk belahan Bumi selatan, equinox yang terjadi di bulan Maret adalah awal dari musim gugur dan pada bulan September adalah awal dari musim semi.
Di Indonesia, kota yang mengalami equinox adalah kota Pontianak. Di sana dibangun Tugu Khatulistiwa. Jika kita berada di Pontianak saat fenomena equinox, tepat pada pukul 12 siang, kita tidak memiliki bayangan.

Nama-nama
1. Vernal Equinox (waktu dimulainya musim semi) dan Autumnal Equinox (waktu dimulainya musim gugur).
2. March Equinox (terjadi pada bulan Maret) dan September Equinox (terjadi pada bulan September).
3. Northward Equinox (saat bulan Maret ketika Matahari melewati khatulistiwa dari selatan ke utara) dan Southward Equinox (saat bulan September ketika Matahari melewati khatulistiwa dari utara ke selatan).

Rabu, 19 September 2018

Sunan Ampel (Raden Rahmat), dengan falsafah Moh Limo


Raden Ahmad Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel adalah cucu Raja Cempa. Ayahnya bernama Ibrahim Asmarakandi yang menikah dengan putri Raja Cempa yaitu Dewi Candrawulan.
Adik dari Dewi Candrawulan bernama Dewi Anarawati atau Dwarawati diperistri oleh Raja Brawijaya Majapahit. Konon perkawinan antara Raja Majapahit dan Putri Dwarawati ini atas skenario para wali, tujuannya agar Raja Majapahit itu mau masuk Islam, atau setidaknya memberi kesempatan agama Islam berkembang di kerajaan Majapahit.
Setelah Kake Bantal atau Syeh Maulana Malik Ibrahim meninggal dunia pada tahun 1419 M, para wali berpikir untuk mencari penggantinya. Atas usulan Syeh Maulana Ishaq maka didatangkanlah Raden Rahmat dari Cempa ke pulau Jawa. Raden Rahmat awalnya langsung menuju istana kerajaan Majapahit karena Ratu Dwarawati adalah bibinya sendiri, beliau selama tinggal di Majapahit berusaha mengajak Prabu Brawijaya masuk agama Islam. Tetapi Prabu Brawijaya tidak bersedia, sang Prabu ingin menjadi raja Buddha terakhir di kerajaan Majapahit. Meskipun begitu, Prabu Brawijaya tidak menghalang-halangi rakyat dan keluarga kerajaan masuk agama Islam. Bahkan sang Prabu menghadiahkan sebidang tanah di desa Ampeldenta kepada Raden Rahmat sebagai pusat pendidikan agama Islam.
Prabu Brawijaya merasa senang kepada Raden Rahmat karena tutur bahasanya dan sifatnya yang lemah lembut. Raden Rahmat lalu disuruh Prabu Brawijaya untuk memilih sekian banyak putri Majapahit untuk dijadikan istrinya. Raden Rahmat pun memilih Dewi Condrowati sebagai istrinya, dengan begitu Raden Rahmat adalah menantu Prabu Brawijaya dan salah seorang pangeran Majapahit.
Di Ampeldenta Raden Rahmat mebuka pesantren, banyak putra Adipati dan para bangsawan yang belajar kepada beliau. Murid-murid Sunan Ampel yang terkenal antara lain: Raden Patah, Raden Bathara Katong (adipati Ponorogo yang pertama), Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Mbah Soleh, Mbah Sonhaji, dan lain-lain. Semua murid Sunan Ampel mempunyai karomah dan banyak yang menjadi wali.
Mohlimo atau Molimo, Moh (tidak mau), Limo (lima), adalah falsafah dakwah Sunan Ampel untuk memperbaiki kerusakan  akhlak di tengah masyarakat, yaitu:
1.    Moh Mabok: tidak meminum minuman keras, khamr, dan lainnya yang memabukkan.
2.    Moh Main: tidak main judi, togel, taruhan, dan sejenisnya.
3.    Moh Madon: tidak berbuat zina, homoseks, lesbian, dan sejenisnya.
4.    Moh Madat: tidak memakai narkoba dan sejenisnya.
5.    Moh Maling: tidak mencuri, korupsi, merampok, dan sejenisnya.
Sunan Ampel wafat pada tahun 1478. Beliau dimakamkan di sebelah barat Masjid Sunan Ampel. Hampir tiap hari makam beliau diziarahi banyak orang bahkan pada malam hari masih banyak yang menziarahi makam beliau terutama pada malam Jum’at Legi.
Ada satu keanehan di sana, kalau Anda menimba air di daerah Surabaya maka kebanyakan air tersebut rasanya asin dan anyit. Tapi tidak halnya dengan air sumur di Masjid Sunan Ampel. Air tersebut rasanya segar dan konon bila diminum dapat menyembuhkan segala penyakit.
Sunan Ampel memiliki dua orang istri yaitu Dewi Condrowati dan Nyai Karimah.
Dengan Dewi Condrowati beliau mempunyai keturunan sebagai berikut:
1.    Siti Syariah (menjadi istri Sunan Kudus),
2.    Siti Mutmainnah (menjadi istri Sunan Gunung Jati),
3.    Siti Khafshah (menjadi istri Sunan Kalijaga),
4.    Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang),
5.    Raden Qosim (Sunan Drajad).

Dengan istri kedua yaitu Nyai Karimah beliau mempunyai dua orang putri yaitu:
1.    Dewi Murthosiah (menjadi istri Sunan Giri),
2.    Dewi Murthosimah (menjadi istri Raden Patah).

Nama Sunan Ampel dijadikan nama universitas (UIN Sunan Ampel) di Surabaya. Sedangkan tak jauh dari Masjid Agung Sunan Ampel didirikan Lembaga Pengembangan Bahasa dan Ilmu Al-Qur’an.

Berikut ini adalah kisah diantara murid-murid Sunan Ampel.

A.  Kisah Mbah Soleh
Ada sebuah keajaiban yaitu seseorang pernah dikubur hingga sembilan kali. Cerita ini ada buktinya. Di sebelah timur Masjid Sunan Ampel ada sembilan kuburan. Ini bukan kuburan sembilan orang tapi hanya kuburan seorang yaitu murid Sunan Ampel yang bernama Mbah Soleh.
Kisahnya demikian, Mbah Soleh adalah tukang sapu Masjid Ampel di masa hidup Sunan Ampel. Apabila menyapu maka lantai masjid menjadi sangat bersih sehingga bila ada orang sujud tanpa sajadah maka merasa bahwa lantai tak ada debunya.
Ketika Mbah Soleh wafat beliau dikubur di depan masjid. Ternyata tidak ada santri yang mampu menyapu sangat bersih seperti halnya Mbah Soleh. Maka sejak ditinggal Mbah Soleh lantai masjid menjadi sangat kotor. Lalu Sunan Ampel berucap, “Bila Mbah Soleh masih hidup tentulah masjid ini menjadi bersih.”
Mendadak Mbah Soleh ada di pengimaman masjid sedang menyapu. Seluruh lantai menjadi bersih lagi. Orang-orang heran melihat Mbah Soleh hidup lagi.
Beberapa bulan kemudian Mbah Soleh wafat dan dikubur di samping makamnya dulu. Masjid menjadi kotor lagi, lalu terucaplah kata-kata Sunan Ampel seperti dulu, Mbah Soleh pun hidup lagi. Hal ini berlangsung beberapa kali hingga makam Mbah Soleh ada delapan. Pada saat ini Sunan Ampel wafat. Beberapa bulan kemudian Mbah Soleh meninggal dunia, sehingga kuburan Mbah Soleh ada sembilan. Kuburan yang terakhir berada di ujung paling timur.

B.  Kisah Mbah Sonhaji
Mbah Sonhaji sering disebut Mbah Bolong. Ini bukan olok-olokan. Beliau adalah salah satu murid Sunan Ampel yang memiliki karomah luar biasa.
Pada waktu pembangunan Masjid Sunan Ampel, Sonhajilah yang ditugasi mengatur letak pengimamannya. Sonhaji bekerja dengan tekun dan penuh perhitungan, agar letak pengimaman menghadap ke arah kiblat. Tetapi setelah masjid sudah jadi banyak orang yang meragukannya.
“Apa betul letak pengimaman masjid ini menghadap ke kiblat?” tanya salah seorang tersebut.
Sonhaji tidak menjawab melainkan melubangi dinding pengimaman sebelah barat lalu berkata, “Lihatlah ke dalam lubang ini, kalian akan tahu apakah pengimaman ini sudah menghadap kiblat atau belum!”
Orang-orang itu segera melihat ke dalam lubang yang dibuat oleh Sonhaji. Ternyata di dalam lubang itu mereka dapat melihat Ka’bah yang ada di Mekkah. Orang-orang pun merasa kagum. Sejak saat itu mereka tidak berani menganggap remeh Mbah Sonhaji dan beliau mendapat julukan Mbah Bolong. Makam Mbah Sonhaji terletak di muka Masjid Sunan Ampel.

Senin, 17 September 2018

Syeh Maulana Malik Ibrahim / Sunan Gresik


Syeh Maulana Malik Ibrahim datang ke pulau Jawa pada tahun 1404 M. Beliaulah yang dianggap pertama kali menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior di antara para Walisongo lainnya. Beberapa versi babad menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Sebenarnya, jauh sebelum kedatangan beliau, di Gresik sudah ada masyarakat Islam walaupun jumlahnya hanya tidak seberapa. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya batu nisan makam seorang wanita muslim bernama Fatimah binti Maimun bin Hibatallah yang wafat pada tahun 475 H atau 1082 M.
Syeh Maulana Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419 M adalah seorang ahli tata negara yang ulung. Ia dimakamkan di desa Gapurosukolilo, kota Gresik, Jawa Timur. Inskripsi pada batu nisan beliau menunjukkan hal tersebut. Huruf-huruf pada batu nisan itu adalah huruf Arab, terjemahan dalam bahasa Indonesia kurang lebih demikian:
“Inilah makam almarhum almaghfur, yang berharap rahmat Tuhan, kebanggaan para Pangeran, sendi para Sultan dan para Menteri, penolong para fakir dan miskin, yang berbahagia lagi syahid, cemerlangnya simbul negara dan agama, Malik Ibrahim yang terkenal dengan Kake Bantal. Allah meliputinya dengan rahmat-Nya dan keridhaan-Nya, dan dimasukkan ke dalam Surga. Telah wafat pada hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun 822 H.”
Demikianlah bunyi tulisan pada batu nisan makam Syeh Maulana Malik Ibrahim. Penduduk pribumi mengenal beliau sebagai Kake Bantal. Ini membuktikan bahwa pada masa hidup beliau, beliau berdakwah dengan cara yang bijaksana, beliau dapat beradaptasi dengan masyarakat sekelilingnya.
Agama dan adat istiadat lama tak langsung ditentangnya dengan cara frontal dan kekerasan, melainkan beliau perkenalkan kemuliaan dan ketinggian akhlak yang diajarkan oleh agama Islam. Beliau langsung memberi contoh sendiri dalam bermasyarakat, tutur bahasanya sopan, lemah lembut, santun pada fakir miskin, hormat pada yang lebih tua dan menyayangi yang muda.
Dengan cara itu sedikit demi sedikit banyak juga masyarakat Jawa yang mulai tertarik dengan agama Islam dan pada akhirnya mereka menjadi pemeluk agama Islam yang teguh.
Pada masa itu kerajaan terbesar di pulau Jawa adalah kerajaan Majapahit. Tetapi kerajaan itu sebenarnya sudah keropos baik dari luar maupun dari dalam, terutama setelah ditinggalkan oleh Maha Patih Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk. Majapahit dilanda perang saudara tiada henti dan rakyat jelata menjadi korban, sedangkan kerajaan-kerajaan lain yang ditundukkan oleh Maha Patih Gajah Mada sudah banyak yang mulai melepaskan diri.
Kesetiaan para pembesar dan adipati mulai menipis, banyak upeti kerajaan yang tidak sampai ke tangan Raja, melainkan menumpuk di kediaman para pembesar dan adipati. Kejahatan melanda di mana-mana, banyak pencuri dan perampok, bahkan banyak pula satuan-satuan prajurit yang memisahkan diri dan beralih menjadi perampok, menggarong harta para penduduk dan rakyat jelata.
Seringkali Syeh Maulana Malik Ibrahim atau Kake bantal dan murid-muridnya bertemu gerombolan perampok ketika mereka sedang berdakwah keliling ke desa-desa.
Pada suatu hari ada gerombolan perampok menyerang penduduk. Kebetulan salah satu murid Kake Bantal mengetahuinya. Dia segera membantu penduduk desa melawan perampok tersebut.
Para penduduk desa melawan anak buah pemimpin perampok, sedangkan murid Kake Bantal melawan pemimpin perampok itu sendiri. Keduanya bertempur dengan hebat, keduanya sama-sama mengeluarkan ilmu kesaktian yang hebat hingga akhirnya murid Kake Bantal berhasil menendang dada pemimpin perampok. Perampok akhirnya terjatuh ke tanah, wajahnya merah padam karena marah, mungkin baru kali ini dia bertemu lawan tangguh. Dia berusaha bangkit namun tak mampu karena tenaganya sudah lemah, mulutnya mengeluarkan darah segar.
“Ayo! Perintahkan anak buahmu menyingkir dari desa ini!” Bentak murid Kake Bantal sambil berjalan mendekati pemimpin perampok yang terkapar.
Pemimpin perampok hanya diam saja, matanya menatap murid Kake Bantal dengan penuh kemarahan.
“Perintahkan anak buahmu meninggalkan desa ini!” hardik murid Kake Bantal sambil jongkok, sepasang tangannya terkepal dan siap dihantamkan ke dada perampok. Pemimpin perampok itu masih berdiam diri.
“Kalau kau tidak mematuhi perintahku, kuhantam kau dengan pukulan mautku!” ancam murid Kake Bantal.
Tanpa diduga, tiba-tiba pemimpin perampok meludahi wajah murid si Kake Bantal. Seketika wajah murid Kake Bantal menjadi merah padam, sepasang tangannya makin terkepal erat, sekali dia melayangkan tangannya tentu dada pemimpin perampok itu ambrol.
Melihat kemarahan murid Kake Bantal tersebut wajah pemimpin perampok menjadi pucat pasi. Hatinya mulai keder.
“Kali ini tamatlah riwayatku,” gumam si pemimpin perampok.
Tapi sungguh aneh. Tiba-tiba murid Kake Bantal mengurungkan serangannya. Dia bangkit berdiri tanpa menggelar sikap siaga. Wajahnya yang tadi merah padam kembali putih semula. Perlahan dia membersihkan ludah di wajahnya.
“Mengapa? Mengapa kau tak jadi menyerangku?” tanya pemimpin rampok.
“Karena kau tadi telah membuatku marah,” jawab murid Kake Bantal. “Aku tidak boleh membunuh orang dalam keadaan marah. Itu termasuk perbuatan dosa!”
“Kenapa berdosa? Bukankah aku ini orang jahat  yang memang pantas untuk dibunuh?” ujar pemimpin rampok itu.
“Tadi.....” kata murid Kake Bantal. “Sebelum kau meludahiku dan sebelum aku marah, aku boleh membunuhmu, karena niatku membunuhmu adalah untuk memerangi kejahatan. Tapi setelah kau meludahiku, maka hatiku menjadi marah. Padahal agamaku melarang umatnya untuk membunuh dalam keadaan marah.”
Pemimpin rampok itu tercenung. Untuk beberapa saat dia berdiam diri.
“Betapa luhur ajaran agamamu, apakah nama agamamu itu?” tanya pemimpin rampok.
“Islam. Islam artinya selamat. Siapa yang memeluk agama Islam akan selamat dan berbahagia hidupnya dunia akhirat.”
“Aku adalah bekas seorang perwira Majapahit yang membelot dan menjadi pemimpin rampok. Kejahatanku bertumpuk-tumpuk, dosaku setinggi gunung,” kata si pemimpin rampok. “Apakah Tuhan masih mau mengampuniku?”
“Kenapa tidak?” sahut si murid Kake Bantal. “Misalkan dosamu setinggi langit dan sepenuh bumi, kalau kau masuk agama Islam, bertobat secara sungguh-sungguh. Artinya kau tidak akan mengulangi kejahatanmu, maka Tuhan akan mengampunimu. Dosa-dosa di masa lalu dihapus semuanya.”
“Benarkah begitu?” sahut pemimpin rampok.
“Aku bicara sebenarnya, dusta adalah perbuatan dosa!” ujar murid Kake Bantal.
Tiba-tiba pemimpin rampok itu berusaha bangkit berdiri. Karena tubuhnya masih lemah dia tak sanggup. Murid Kake Bantal segera menolongnya.
Sementara itu pertempuran antara penduduk desa dan perampok masih berlangsung. Tiba-tiba terdengar suara bentakan. Semua orang terkejut dan menghentikan pertempuran.
Ternyata bentakan itu berasal dari si pemimpin rampok yang berdiri di samping murid Kake Bantal. Murid Kake Bantal menolong pemimpin rampok dengan cara menyalurkan tenaga dalamnya ke tubuh pemimpin rampok sehingga tubuh pemimpin rampok pulih seperti semula.
“Dengarkan semuanya!” kata pemimpin rampok. “Mulai sekarang kutinggalkan dunia kejahatan. Aku sudah bosan hidup bergelimang dosa. Mulai hari ini aku masuk agama Islam, menjadi pengikut Kake Bantal. Kalian yang menjadi anak buahku boleh pilih, tetap menjadi gerombolan perampok atau mengikuti jejak baru yang kutempuh. Hidup secara baik-baik bersama masyarakat!”
Jumlah anggota perampok ada dua puluh orang, sepuluh orang langsung membuang senjatanya berupa pedang dan tombak. Mereka menyatakan diri mengikuti pemimpinnya yaitu memulai hidup secara baik-baik. Namun sepuluh orang lainnya segera meloncat ke punggung kuda mereka dan berkata kepada pemimpin rampok.
“Tekuk Penjalin!” kata mereka. “Tak sudi kami mengikuti jejakmu! Biarkan kami menempuh jalan kami sendiri!”
“Terserah kalian!” kata pemimpin rampok yang ternyata bernama Tekuk Penjalin. “Tapi kalian ingat, jangan coba-coba ganggu desa ini lagi. Bila itu terjadi, maka aku sendiri yang akan membasmi kalian!”
Sepuluh orang yang sudah naik ke punggung kuda itu tidak menjawab melainkan langsung menggebrak kudanya berlari kencang keluar desa.
Beberapa penduduk desa yang masih geram segera menendang dan memukuli sepuluh perampok yang sudah menyerahkan diri.
Murid Kake Bantal segera membentak penduduk desa, “Hentikan! Tidak pantas menyerang seseorang yang sudah menyerahkan diri!”
“Mereka sudah sering membuat kami menderita!” protes para penduduk.
“Sekarang mereka menjadi urusanku!” sahut murid Kake Bantal. Murid Kake Bantal lalu mengajak Ki Tekuk Penjalin dan anak buahnya pergi dari desa itu.
Demikianlah salah satu contoh ajaran dakwah yang dilaksanakan Kake Bantal dan murid-muridnya. Mereka sangat toleran terhadap kepentingan pribadi, patuh terhadap perintah agama dan teguh dalam menjauhi kemungkaran.

Sabtu, 15 September 2018

Dewan Mubaligh Walisongo, Penyebar Islam di Tanah Jawa

Umumnya kita mengenal Walisongo hanya sembilan orang, yaitu Syeh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik), Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati.

Sebenarnya Walisongo adalah nama suatu dewan dakwah atau Dewan Mubaligh. Jika salah seorang mubaligh pergi atau meninggal dunia maka akan diganti oleh wali yang lain.

Dalam Kitab Kanzul Ulum Ibnul Bathuthah yang penulisannya dilanjutkan oleh Syeh Maulana Al-Maghrobi, Walisongo melakukan sidang tiga kali, yaitu:
  • Tahun 1404 M adalah sembilan wali.
  • Tahun 1436 M masuk tiga wali menggantikan yang wafat.
  • Tahun 1463 M masuk empat wali mengganti yang wafat dan pergi.
Menurut KH. Dachlan Abdul Qohar, pada tahun 1466 M, pada tahun 1466 M, Walisongo melakukan sidang lagi membahas berbagai hal, diantaranya adalah perkara Syeh Siti Jenar, meninggalnya dua orang wali yaitu Maulana Muhammad Al Maghrobi dan Maulana Ahmad Jumadil Kubro serta masuknya dua orang wali menjadi anggota Walisongo.


1. Walisongo Periode Pertama

Pada saat Sultan Muhammad I memerintah kerajaan Turki (Kesultanan Utsmaniyah), beliau menanyakan perkembangan agama Islam kepada para pedagang dari Gujarat (India). Dari mereka Sultan mendapat kabar bahwa di pulau Jawa ada dua kerajaan Hindu yaitu kerajaan Majapahit dan kerajaan Pajajaran. Di antara penduduknya ada yang beragama Islam tetapi hanya terbatas pada keluarga pedagang Gujarat yang menikah dengan penduduk pribumi yaitu di kota-kota pelabuhan.

Sang Sultan lalu mengirim surat kepada para pembesar di Afrika Utara dan Timur Tengah untuk mengirimkan para ulama yang mempunyai karomah ke pulau Jawa. Maka berkumpullah para ulama berilmu tinggi dan memiliki karomah.

Pada tahun 808 H atau 1404 M para ulama itu berangkat ke pulau Jawa. Mereka adalah:
  • Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara. Berdakwah  di Jawa bagian timur. Wafat di Gresik pada tahun 1419 M. Kurang lebih satu kilometer di sebelah utara Pabrik Semen Gresik.
  • Maulana Ishaq berasal dari Samarkand (dekat Bukhara, Uzbekistan). Beliau ahli pengobatan. Tetapi Syeh Maulana Ishaq tidak menetap di Jawa. Beliau pindah ke Singapura (Pasai) dan wafat di sana.
  • Maulana Ahmad Jumadil Kubra, berasal dari Mesir. Beliau berdakwah keliling. Makamnya di Troloyo, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
  • Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maghrib (Maroko). Beliau berdakwah keliling. Wafat tahun 1465 M. Makamnya di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah.
  • Maulana Malik Isro'il, berasal dari Turki, ahli mengatur negara. Wafat tahun 1435 M. Makamnya di gunung Santri, Cliegon, antara Serang dan Merak, Banten.
  • Maulana Muhammad Ali Akbar, berasal dari Persia (Iran). Ahli pengobatan. Wafat tahun 1435 M. Makamnya di gunung Santri.
  • Maulana Hasanuddin, berasal dari Palestina, berdakwah keliling. Wafat tahun 1462 M. Makamnya di samping Masjid Banten Lama.
  • Maulana Aliyuddin, berasal dari Palestina, berdakah keliling. Wafat pada tahun 1462 M. Makamnya di samping Masjid Banten Lama.
  • Syeh Subakir, berasal dari Persia, ahli menumbali tanah angker yang dihuni jin-jin jahat tukang menyesatkan manusia. Dengan adanya tumbal itu jin-jin tadi akan menyingkir dan tanah yang ditumbali dijadikan pesantren. Setelah banyak tempat yang ditumbali maka Syeh Subakir kembali ke Persia pada tahun 1962 M dan wafat di sana. Salah seorang pengikut atau sahabat Syeh Subakir meninggal dunia ketika beristirahat di daerah Blitar. Hingga sekarang makam pengikut Syeh Subakir tersebut ada di sebelah utara pemandian Penataran, Blitar, Jawa Timur. Di sana ada peninggalan Syeh Subakir berupa sajadah yang terbuat dari batu kuno.

2. Walisongo Periode Kedua

Pada periode ini masuklah tiga orang wali menggantikan ketiga wali yang telah wafat. Ketiganya adalah:
  • Raden Ahmad Ali Rahmatullah, datang ke Jawa pada tahun 1421 M, menggantikan Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419 M. Raden Rahmat berasal dari Cempa.
  • Sayyid Ja'far Shodiq, berasal dari Palestina. Datang ke Jawa pada tahun 1436 M, menggantikan Malik Isro'il yang wafat pada tahun 1435 M. Beliau tinggal di Kudus sehingga dikenal sebagai Sunan Kudus.
  • Syarif Hidayatullah, berasal dari Palestina. Datang ke Jawa pada tahun 1436 M, menggantikan Maulana Ali Akbar yang wafat pada tahun 1435 M.
Sidang Walisongo yang kedua ini diadakan di Ampel, Surabaya. Para wali kemudian membagi tugas. Sunan Ampel (Raden Rahmat), Maulana Ishaq, dan Maulana Jumadil Kubra bertugas di Jawa Timur. Sunan Kudus, Syeh Subakir, dan Maulana Al Maghrobi bertugas di Jawa Tengah. Syarif Hidayatullah, Maulana Hasanuddin, dan Maulana Aliyyuddin di Jawa Barat.


3. Walisongo Periode Ketiga

Pada tahun 1463 M, masuklah empat wali menjadi anggota Walisongo, yaitu:
  • Raden Paku atau Syeh Maulana Ainul Yaqin, kelahiran Blambangan, Jawa Timur. Putra dari Syeh Maulana Ishaq dengan putri Blambangan yang bernama Dewi Sekardadu. Raden Paku ini menggantikan ayahnya yang telah pindah ke Pasai. Karena Raden Paku tinggal di Giri maka beliau dikenal sebagai Sunan Giri, makamnya terletak di Gresik, Jawa Timur.
  • Raden Said atau Sunan Kalijaga, kelahiran Tuban, Jawa Timur. Beliau adalah putra Adipati Wilatikta yang berkedudukan di Tuban. Sunan Kalijaga menggantikan Syeh Subakir yang kembali ke Persia.
  • Raden Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang, lahir di Ampel, Surabaya. Beliau adalah putra Sunan Ampel, menggantikan Maulana Hasanuddin yang wafat pada tahun 1462 M.
  • Raden Qosim atau Sunan Drajad, kelahiran Surabaya, putra Sunan Ampel. Menggantikan Maulana Aliyyuddin yang wafat pada tahun 1462 M.
Sidang Walisongo yang ketiga ini juga berlangsung di Ampel Surabaya.

4. Walisongo Periode Keempat

Pada tahun 1466 M diangkat dua wali menggantikan dua wali yang telah wafat yaitu Maulana Ahmad Jumadil Kubra dan Maulana Muhammad Al Maghrobi. Dua wali yang menggantikan adalah:
  • Raden Hasan atau Raden Fattah (Raden Patah), murid Sunan Ampel. Beliau adalah putra Raja Brawijaya Majapahit. Beliau diangkat sebagai Adipati Bintoro pada tahun 1462 M. Kemudian membangun Masjid Demak pada tahun 1465 M dan dinobatkan menjadi Raja atau Sultan Demak pada tahun 1468 M.
  • Fathullah Khan, putra Sunan Gunung Jati. Beliau dipilih sebagai anggota Walisongo untuk membantu ayahnya yang telah berusia lanjut.

5. Walisongo Periode Kelima
Dapat disimpulkan dalam periode ini bahwa Sunan Muria atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga masuk menggantikan wali yang wafat.

Konon Syeh Siti Jenar itu juga salah satu anggota Walisongo, namun karena beliau mengajarkan ajaran sesat maka Syeh Siti Jenar dihukum mati. Selanjutnya kedudukan Syeh Siti Jenar digantikan oleh Sunan Bayat (Sunan Tembayat yang nama aslinya adalah Adipati Pandanarang).

Para wali yang biasanya dianggap Walisongo adalah sembilan nama wali di paragraf pertama tadi. Jadi, jika anak sekolah ditanya siapa saja anggota Walisongo, maka mereka akan menjawab sembilan nama tersebut.

Jumat, 14 September 2018

Keindahan Masjid Agung Jawa Tengah di malam hari (Isya'/at Night)

Di malam yang indah , setelah ditunaikan sholat Isya', dilihat-lihat Masjid Agung dari segala sisi, memancarkan cahaya yang indah, tenang, dan menerangi kegelapan yang dihiasi bintang-bintang. Subhanallah, sungguh megahnya bangunan Masjid Agung Jawa Tengah ini. Di waktu malam itu, masih banyak orang-orang yang berada di Masjid Agung ini. Ada yang sembahyang, berlalu-lalang, keindahan masjid dipandang, ada juga yang makan-makan agar kenyang. Itulah kata-kata yang bisa diungkapkan dari judul artikel ini.

Masjid Agung Jawa Tengah adalah sebuah masjid yang terletak di kota Semarang, Jawa Tengah. Masjid ini merupakan masjid provinsi bagi provinsi Jawa Tengah. Peletakan batu pertama masjid ini pada tanggal 6 September 2002 (28 Jumadil Akhir 1423 H) dan selesai dibangun pada tanggal 14 November 2006 (23 Syawal  1427 H), diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Masjid ini berdiri di atas areal tanah seluas 10 hektar dengan luas bangunan induk untuk sholat 7.669 meter persegi. Masjid ini memiliki kapasitas 6.000 orang ditambah 10.000 orang (ditambah serambi masjid).


Masjid Agung Jawa Tengah memiliki gaya arsitektur Jawa, Islam, dan Romawi. MAJT diarsiteki oleh Ir. H. Ahmad Fanani. Jika kita masuk ke kompleks masjid ini, hal yang kita lihat adalah adanya beberapa anak tangga yang naik menuju ke serambi dan bangunan induk masjid. Ada taman dan tempat untuk duduk juga di area sekitar tangga ini. Di tengah-tengah terdapat prasasti peresmian bangunan ini. Sebelum melihat bangunan induk masjid, terlihat bangunan 25 pilar bergaya koloseum Athena di Romawi dihiasi tulisan kaligrafi yang indah. Bangunan ini mirip gapura masuk serambi masjid tetapi melengkung ke dalam. Ada cahaya lampu yang terpancar dari atas tiang ini. Jumlah pilar menyimbolkan 25 Nabi dan Rasul. Di gerbang ada tulisan dua kalimat syahadat, dan pada bidang datar tertulis huruf Arab-Melayu "Sucining Guno Gapuraning Gusti. 




Setelah melihat bangunan gaya Romawi ini, kita dapat masuk ke serambi masjid, tentu harus lepas alas kaki dahulu (batas suci). Serambi ini bisa digunakan untuk sholat, terutama pada malam hari atau saat banyak kapasitas. Serambi ini merupakan lantai yang di bawahnya terdapat tempat parkir masjid. Di serambi masjid ini terdapat tiang-tiang payung raksasa elektrik yang berdiri sebanyak enam buah, mirip di masjid Nabawi. Tinggi masing-masing payung menurut info adalah 20 meter dan  berdiameter 14 meter. Menurut info payung ini dibuka setiap sholat Jumat, Idul Fitri dan Idul Adha dengan kecepatan angin tidak melebihi 200 knot, tetapi jika ingin melihat proses mengembangnya payung bisa menghubungi pengurus masjid. 




Setelah melewati serambi maka sampailah di bangunan utama masjid. Bangunan utama memiliki atap berbentuk limas khas Jawa dan memiliki puncak atap berupa kubah besar putih berdiameter 20 meter yang dikelilingi 4 buah menara masing-masing setinggi 62 meter di setiap penjuru atapnya. Bangunan utama masjid biasanya tutup setelah dilaksanakan sholat Isya' berjamaah, sehingga setelah waktu ini bagi yang ingin sholat Isya' bisa sholat di serambi (bila cuaca bersahabat). Tempat wudhu bangunan ini terletak di bawah lantai bangunan utama. Terdapat jalur tangga dan jalur khusus kursi roda di masjid ini. Di dalam bangunan utama di bawah lantai utama terdapat tempat wudhu, toilet, dan ruang sholat lain. Di dalam ruang utama hanya terdapat satu lantai utama yang sangat luas. Di ruang utama terdapat koleksi Al Qur'an raksasa berukuran 145 x 95 cm persegi, ditulis oleh Drs. Khyatudin dari Ponpes Al-Asyariyyah, Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo. Ada juga replika bedug Pendowo Purworejo, berupa bedug raksasa berukuran panjang 310 cm dan diameter 220 cm. Dibuat oleh para santri Ponpes Alfalah, Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, asuhan K.H. Ahmad Sobri, menggunakan kulit lembu Australia.


Di samping serambi masing-masing terdapat bangunan yang juga besar. Bangunan ini yang saya ketahui terdapat ruang acara, termasuk bisa untuk acara resepsi. Di sebelah pojok kanan area sebelum serambi terdapat sebuah bangunan seperti pendopo beratap tajug yang di dalamnya terdapat bedug. Sedangkan di seberangnya terdapat sebuah menara yang menjulang tinggi. Menara setinggi 99 meter ini adalah Menara Al-Husna atau Al Husna Tower. Bentuk menara ini dibawahnya terdapat beberapa anak buah tangga yang naik menuju bangunan yang lebar persegi. Lalu dari bangunan lebar ini naik ke atas sebuah bentuk pilar kokoh persegi yang diatasnya berupa ruang berbentuk lingkaran yang terdapat jendela-jendela yang tentu dari sana dapat melihat pemandangan. Lalu puncak bangunan ini berupa atap persegi dengan antena di ujungnya. Di dekat samping pintu masuk keluar pengunjung terdapat banyak sekali tempat makan yang menjajakan berbagai makanan. Di sana juga terdapat tempat yang menjual berbagai barang-barang kerajinan. 






Jadi, jika ingin melakukan wisata religi atau mencari tempat sholat di kota Semarang, usahakan mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah ini, tentunya masjid kebanggaan umat muslim Jawa Tengah.

Sumber: Dokumentasi pribadi dan Wikipedia



Senin, 10 September 2018

Proses Pembuatan Telur Asin

Telur asin adalah makanan dari telur rebus yang memiliki rasa asin. Umumnya telur yang digunakan adalah telur bebek, karena rasa telur bebek asin menjadi lebih enak  daripada telur bebek yang masih asli. Pada dasarnya telur lain bisa digunakan untuk membuat telur asin, seperti telur ayam. Jadi, kita akan belajar membuat telur asin dengan bahan telur ayam yang rasanya tentu enak. Silakan mengikuti cara berikut ini.


A. ALAT DAN BAHAN
  1. Empat buah telur ayam
  2. 15 sendok makan batu bata merah
  3. 15 sendok makan garam dapur
  4. Baskom
  5. Ember
  6. Alu
  7. Saringan
  8. Amplas
  9. Kain lap


B. PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN
  1. Menyiapkan telur yang bermutu baik (tidak retak dan tidak busuk)
  2. Membersihkan telur dengan mencucinya
  3. Mengeringkan permukaan kulit telur dengan lap kering
  4. Mengamplas kulit telur untuk membuka pori-pori kulit telur
  5. Menumbuk bata merah sampai halus
  6. Menyaring bata merah yang sudah ditumbuk untuk memperoleh ukuran bata yang halus dan homogen (bubuk bata merah)
  7. Menyiapkan garam yang sudah halus
  8. Membuat adonan pengasin dengan mecampurkan bubuk bata merah dan garam dengan perbandingan ukuran 1:1
  9. Mengaduk campuran bubuk bata merah dan garam agar merata
  10. Menambahkan air sedikit demi sedikit pada campuran
  11. Mengaduk campuran dengan menambahkan air sedikit demi sedikit hingga terbentuk adonan pengasin berbentuk pasta
  12. Melapisi telur yang sudah disiapkan tadi dengan adonan pengasin
  13. Melapisi telur sampai merata dengan ketebalan sekitar 1-2 mm
  14. Meletakkan telur-telur yang sudah dilapisi adonan pengasin ke dalam
    ember plastik
  15. Menyimpan telur-telur dalam ruang tertutup selama kurang lebih 8 hari
  16. Setelah 8 hari penyimpanan kemudian membongkar adonan pengasin yang menutupi telur

  17. Membersihkan telur dari sisa adonan pengasin yang menempel dengan cara mencucinya menggunakan air sampai bersih
  18. Merebus telur dalam panci selama 30 menit (15 menit pertama dengan api kecil  dan 15 menit kedua dengan api sedang)

  19. Telur asin siap untuk disajikan 

Jumat, 07 September 2018

Sulingi, Kulurejo, Nguntoronadi, Wonogiri

Sulingi adalah nama sebuah tempat di desa Kulurejo, kecamatan Nguntoronadi, kabupaten Wonogiri. Tempat ini berjarak sekitar 30 km dari Wonogiri kota, ke timur melalui pertigaan Ngadirojo belok kanan/selatan, melalui Nguntoronadi sampai pertigaan Karangturi lurus terus ke timur sekitar 1,2 km. Tempat ini merupakan pusat pemerintahan desa Kulurejo dan terdapat berbagai fasilitas publik.




Salah satu tempat yang terkenal dari tempat ini adalah Pasar Sulingi. Pasar Sulingi merupakan pasar tradisional yang sudah sejak dulu beroperasi dan menjadi jantung ekonomi bagi Kulurejo dan sekitarnya. Pasar ini hanya beroperasi pada pasaran Legi dan Pon (kalender Jawa) dan hanya pada waktu pagi hari. Pasar ini sangat ramai pada hari itu dengan berbagai pedagang dan pembeli dari berbagai daerah di sekitar Kulurejo. Beberapa jenis dagangan di pasar ini adalah sembako, sayur-mayur, perlengkapan rumah tangga, daging, aneka makanan, minuman, dan jajanan pasar. Pada saat pasaran di depan pasar selalu ramai dengan sejumlah mini bus yang antar-jemput penumpang. Di depan pasar sebelah pojok timur terdapat pohon beringin besar yang sudah lama menaungi pasar ini.



Sulingi memiliki lapangan sepak bola yang luas terletak di jalan masuk arah utara. Lapangan ini merupakan lapangan yang baru menggantikan lapangan sebelumnya di selatan jalan. Lapangan Sulingi saat ini juga merupakan lapangan yang serba guna dan digunakan sebagai tempat SSB Sulingi. Rajawali Sulingi adalah tim sepak bola yang berasal dari daerah ini. Lapangan ini juga sebagai tempat menyelenggarakan berbagai pertandingan sepak bola dan acara-acara lain. Di sebelah timur lapangan ini terdapat SD N 1 Kulurejo dan di sebelah selatan terdapat sebuah PAUD.


Di Sulingi juga terdapat bangunan peninggalan kolonial Belanda, yaitu sebuah jembatan bernama Jembatan Sulingi yang terletak di sebelah selatan pasar. Jembatan ini menghubungkan desa Kulurejo kecamatan Nguntoronadi di utara dengan desa Ronggojati kecamatan Batuwarno di selatan. Jembatan ini sebenarnya adalah sebuah "talang tutup", mudahnya adalah sebuah jembatan saluran irigasi yang menyeberangi sungai bernama sungai Wiroko dan di atas saluran tersebut terdapat jalan yang berfungsi sebagai jembatan.

Kantor Kepala Desa Kulurejo terdapat di Sulingi, tepat sebelah barat pasar Sulingi. Di Sulingi juga terdapat puskesmas pembantu kecamatan Nguntoronadi dan masjid bernama Al-Ikhlas.


Kamis, 06 September 2018

CARA MEMBUAT TAPE SINGKONG / TAPAI (SIMBOK NDAMEL TAPE)

Cara Membuat Tape Singkong / Tapai


Tape Singkong adalah makanan yang terbuat dari singkong yang telah dikukus kemudian difermentasi dengan ragi tape. Ragi berasal dari beberapa campuran mikroorganisme, terutama fungi/jamur, seperti Saccharomyces cerevisiae. Tape dari ragi yang didominasi S. cerevisiae umumnya berbentuk semi cair, lunak, berasa manis keasaman, mengandung alkohol (hanya sangat sedikit dan tidak memabukkan), dan memiliki tekstur lengket.

Bahan:
·         Singkong
       

·         Ragi Tape
       


Cara Membuat:
1.      Kupas kulit singkong hingga terkelupas bersih, potong-potong bila perlu.
       
 















2.      Cuci singkong yang dikupas dengan air bersih hingga benar-benar bersih.
       
















3.   Singkong dikukus dalam panci berisi air. Tunggu hingga air mendidih dan singkong mulai empuk. Lalu angkat dan tunggu sampai dingin.

















4.      Lumuri singkong dengan ragi tape yang sudah halus ke seluruh sisi hingga merata.

















5.     Siapkan wadah yang sudah diberi alas daun pisang. Letakkan singkong tadi ke dalam wadah, lalu tutup lagi dengan daun pisang hingga rapat. Agar lebih rapat lagi, tindih dengan tutup panci atau benda lain yang berat. Diamkan dan tunggu setidaknya dua hari atau lebih. Pada saat ini, proses fermentasi mulai terjadi.

















6.   Setelah menunggu dua hari, wadah sudah boleh dibuka dan tape singkong sudah jadi dan siap disajikan. 

















Alhamdulillah.

PANGUDHARASA SEPTEMBER

(Dibuat bulan September) Urutan sasi kaping sanga ing tahun Masehi. Ing tahun rongewu selikur iki ing tahun Jawa isih nemu sasi siji/sura. ...