Sabtu, 15 September 2018

Dewan Mubaligh Walisongo, Penyebar Islam di Tanah Jawa

Umumnya kita mengenal Walisongo hanya sembilan orang, yaitu Syeh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik), Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati.

Sebenarnya Walisongo adalah nama suatu dewan dakwah atau Dewan Mubaligh. Jika salah seorang mubaligh pergi atau meninggal dunia maka akan diganti oleh wali yang lain.

Dalam Kitab Kanzul Ulum Ibnul Bathuthah yang penulisannya dilanjutkan oleh Syeh Maulana Al-Maghrobi, Walisongo melakukan sidang tiga kali, yaitu:
  • Tahun 1404 M adalah sembilan wali.
  • Tahun 1436 M masuk tiga wali menggantikan yang wafat.
  • Tahun 1463 M masuk empat wali mengganti yang wafat dan pergi.
Menurut KH. Dachlan Abdul Qohar, pada tahun 1466 M, pada tahun 1466 M, Walisongo melakukan sidang lagi membahas berbagai hal, diantaranya adalah perkara Syeh Siti Jenar, meninggalnya dua orang wali yaitu Maulana Muhammad Al Maghrobi dan Maulana Ahmad Jumadil Kubro serta masuknya dua orang wali menjadi anggota Walisongo.


1. Walisongo Periode Pertama

Pada saat Sultan Muhammad I memerintah kerajaan Turki (Kesultanan Utsmaniyah), beliau menanyakan perkembangan agama Islam kepada para pedagang dari Gujarat (India). Dari mereka Sultan mendapat kabar bahwa di pulau Jawa ada dua kerajaan Hindu yaitu kerajaan Majapahit dan kerajaan Pajajaran. Di antara penduduknya ada yang beragama Islam tetapi hanya terbatas pada keluarga pedagang Gujarat yang menikah dengan penduduk pribumi yaitu di kota-kota pelabuhan.

Sang Sultan lalu mengirim surat kepada para pembesar di Afrika Utara dan Timur Tengah untuk mengirimkan para ulama yang mempunyai karomah ke pulau Jawa. Maka berkumpullah para ulama berilmu tinggi dan memiliki karomah.

Pada tahun 808 H atau 1404 M para ulama itu berangkat ke pulau Jawa. Mereka adalah:
  • Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara. Berdakwah  di Jawa bagian timur. Wafat di Gresik pada tahun 1419 M. Kurang lebih satu kilometer di sebelah utara Pabrik Semen Gresik.
  • Maulana Ishaq berasal dari Samarkand (dekat Bukhara, Uzbekistan). Beliau ahli pengobatan. Tetapi Syeh Maulana Ishaq tidak menetap di Jawa. Beliau pindah ke Singapura (Pasai) dan wafat di sana.
  • Maulana Ahmad Jumadil Kubra, berasal dari Mesir. Beliau berdakwah keliling. Makamnya di Troloyo, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
  • Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maghrib (Maroko). Beliau berdakwah keliling. Wafat tahun 1465 M. Makamnya di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah.
  • Maulana Malik Isro'il, berasal dari Turki, ahli mengatur negara. Wafat tahun 1435 M. Makamnya di gunung Santri, Cliegon, antara Serang dan Merak, Banten.
  • Maulana Muhammad Ali Akbar, berasal dari Persia (Iran). Ahli pengobatan. Wafat tahun 1435 M. Makamnya di gunung Santri.
  • Maulana Hasanuddin, berasal dari Palestina, berdakwah keliling. Wafat tahun 1462 M. Makamnya di samping Masjid Banten Lama.
  • Maulana Aliyuddin, berasal dari Palestina, berdakah keliling. Wafat pada tahun 1462 M. Makamnya di samping Masjid Banten Lama.
  • Syeh Subakir, berasal dari Persia, ahli menumbali tanah angker yang dihuni jin-jin jahat tukang menyesatkan manusia. Dengan adanya tumbal itu jin-jin tadi akan menyingkir dan tanah yang ditumbali dijadikan pesantren. Setelah banyak tempat yang ditumbali maka Syeh Subakir kembali ke Persia pada tahun 1962 M dan wafat di sana. Salah seorang pengikut atau sahabat Syeh Subakir meninggal dunia ketika beristirahat di daerah Blitar. Hingga sekarang makam pengikut Syeh Subakir tersebut ada di sebelah utara pemandian Penataran, Blitar, Jawa Timur. Di sana ada peninggalan Syeh Subakir berupa sajadah yang terbuat dari batu kuno.

2. Walisongo Periode Kedua

Pada periode ini masuklah tiga orang wali menggantikan ketiga wali yang telah wafat. Ketiganya adalah:
  • Raden Ahmad Ali Rahmatullah, datang ke Jawa pada tahun 1421 M, menggantikan Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419 M. Raden Rahmat berasal dari Cempa.
  • Sayyid Ja'far Shodiq, berasal dari Palestina. Datang ke Jawa pada tahun 1436 M, menggantikan Malik Isro'il yang wafat pada tahun 1435 M. Beliau tinggal di Kudus sehingga dikenal sebagai Sunan Kudus.
  • Syarif Hidayatullah, berasal dari Palestina. Datang ke Jawa pada tahun 1436 M, menggantikan Maulana Ali Akbar yang wafat pada tahun 1435 M.
Sidang Walisongo yang kedua ini diadakan di Ampel, Surabaya. Para wali kemudian membagi tugas. Sunan Ampel (Raden Rahmat), Maulana Ishaq, dan Maulana Jumadil Kubra bertugas di Jawa Timur. Sunan Kudus, Syeh Subakir, dan Maulana Al Maghrobi bertugas di Jawa Tengah. Syarif Hidayatullah, Maulana Hasanuddin, dan Maulana Aliyyuddin di Jawa Barat.


3. Walisongo Periode Ketiga

Pada tahun 1463 M, masuklah empat wali menjadi anggota Walisongo, yaitu:
  • Raden Paku atau Syeh Maulana Ainul Yaqin, kelahiran Blambangan, Jawa Timur. Putra dari Syeh Maulana Ishaq dengan putri Blambangan yang bernama Dewi Sekardadu. Raden Paku ini menggantikan ayahnya yang telah pindah ke Pasai. Karena Raden Paku tinggal di Giri maka beliau dikenal sebagai Sunan Giri, makamnya terletak di Gresik, Jawa Timur.
  • Raden Said atau Sunan Kalijaga, kelahiran Tuban, Jawa Timur. Beliau adalah putra Adipati Wilatikta yang berkedudukan di Tuban. Sunan Kalijaga menggantikan Syeh Subakir yang kembali ke Persia.
  • Raden Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang, lahir di Ampel, Surabaya. Beliau adalah putra Sunan Ampel, menggantikan Maulana Hasanuddin yang wafat pada tahun 1462 M.
  • Raden Qosim atau Sunan Drajad, kelahiran Surabaya, putra Sunan Ampel. Menggantikan Maulana Aliyyuddin yang wafat pada tahun 1462 M.
Sidang Walisongo yang ketiga ini juga berlangsung di Ampel Surabaya.

4. Walisongo Periode Keempat

Pada tahun 1466 M diangkat dua wali menggantikan dua wali yang telah wafat yaitu Maulana Ahmad Jumadil Kubra dan Maulana Muhammad Al Maghrobi. Dua wali yang menggantikan adalah:
  • Raden Hasan atau Raden Fattah (Raden Patah), murid Sunan Ampel. Beliau adalah putra Raja Brawijaya Majapahit. Beliau diangkat sebagai Adipati Bintoro pada tahun 1462 M. Kemudian membangun Masjid Demak pada tahun 1465 M dan dinobatkan menjadi Raja atau Sultan Demak pada tahun 1468 M.
  • Fathullah Khan, putra Sunan Gunung Jati. Beliau dipilih sebagai anggota Walisongo untuk membantu ayahnya yang telah berusia lanjut.

5. Walisongo Periode Kelima
Dapat disimpulkan dalam periode ini bahwa Sunan Muria atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga masuk menggantikan wali yang wafat.

Konon Syeh Siti Jenar itu juga salah satu anggota Walisongo, namun karena beliau mengajarkan ajaran sesat maka Syeh Siti Jenar dihukum mati. Selanjutnya kedudukan Syeh Siti Jenar digantikan oleh Sunan Bayat (Sunan Tembayat yang nama aslinya adalah Adipati Pandanarang).

Para wali yang biasanya dianggap Walisongo adalah sembilan nama wali di paragraf pertama tadi. Jadi, jika anak sekolah ditanya siapa saja anggota Walisongo, maka mereka akan menjawab sembilan nama tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PANGUDHARASA SEPTEMBER

(Dibuat bulan September) Urutan sasi kaping sanga ing tahun Masehi. Ing tahun rongewu selikur iki ing tahun Jawa isih nemu sasi siji/sura. ...